Cerpen “Pengamen Kecil Guruku”
Weh,
disela2 kesibukanku aku luangkan waktuku untuk berfikir sejenak mencari
petunjuk yang disampaikan pria lusuh yang tempo hari mendatangiku lewat mimpi,
aku kurang mengerti mengapa aku begitu saja percaya dengan mimpi itu,
Entahlah…….., entah karena merasa penasaran atau
merasa terusik dengan petunjuk yang di sampaikan pria paruh baya dalam mimpi itu, aku merasa tidak tenang dan
selalu penasaran untuk menemukan tempat itu. Perabaanku menunjuk suatu tempat. tanpa
berpikir panjang aku nekad pergi kesana, perjalananku begitu kacau tetapi aku
begitu menikmatinya. Itu benar-benar aneh.
Di tengah perjalanku saat berada di sebuah
angkutan umum aku bertemu dengan “Seorang bocah pengamen” tanpa alat
musik apapun, termasuk tepukan tangan. Kira-kira berusia 10 tahun. Aku senang
memandanginya, dia tidak seperti anak-anak jalanan kebanyakan. Kotor, bau, dan
menyanyi seadanya. Ada hal unik dalam dirinya, pakaiannya bersih, memakai
sandal, rambutnya jatuh tidak klimis, dan kuku tangan dan kakinya pun bersih.
Seperti anak rumahan. Ibunya sungguh merawatnya, pikir ku membatin.,
Satu
hal yang menjadi perhatianku, ternyata anak tersebut kurang normal. Gaya
menyanyinya dieja kata perkata dengan berusaha sekuat tenaga agar apa yang
diucapkannya jelas terdengar. Rupanya lirik sholawat badar yang sedang ia nyanyikan.
Anak itu begitu polos dan begitu bersemangat menjalani skenario hidup dengan
kondisi yang rapuh. Aku terus memandanginya hingga tak ku sadari mata ini berkaca-kaca terasa begitu sesak
dada.
"Aku tahu raganya rapuh Weh”, tapi anak
itu sama sekali tidak ingin dibelaskasihani karena keadaanya yang rapuh, ia
begitu tegar untuk memainkan peran utama dalam skenario hidup yang dituliskan Tuhan untuknya. “Egoku
remuk redam…, seketika itu, seluruh Kecongkaanku Buyaaaar…!!. Aku begitu kecil
dihadapannya. Pada saat itu juga aku menyadari Kebodohanku, dan aku benar-benar merasa lemah dihadapan ank itu.
Weh, dialah salah satu bentuk kuasa Tuhan,
dan kali ini aku juga tau Tuhan sengaja memakai anak itu untuk menjadi guruku.
Sudah seharusnya aku harus menaruh pola berfikirku yang demikian sambil berusaha mempersiapkan semuanya dengan baik dan
memperbaiki keadaan beberapa hal semampuku.
Sungguh banyak pembelajaran hidup yang
aku dapat. Bocah itu telah mengingatkan banyak hal kepadaku. Kesungguhan dalam bekerja
untuk mencari rizki tanpa malu yang penting halal, “seneng
utowo susah, katentramaning bathin gumantung ono ing roso panerimo” (Kebahagiaan atau kesusahan,
ketenangan batin tergantung pada lapangnya dada).
"Mungkin ini salah satu petunjuk
yang dismapikan pria lusuh itu"
Comments