Setiap selesai upacara hari senin, satu kotak susu coklat, sebut saja susu indonesia sehat (susu formula bantuan Amerika untuk Indonesia, tepatnya aku masih duduk di kelas 6 SD tahun 1999) telah siap di atas meja kami. Seperti biasa sebelum pelajaran dimulai aku berlari keluar kelas dengan kotak susu di tanganku, salah satu teman mengikutiku dari belakang. Aku menoleh ke arahnya, tertawa licik, ia pun demikian. Kami berkonspirasi, ah tidak, tepatnya aku merencanakan sesuatu dan temanku setuju. Dan konspirasi ini telah terjadi beberapa kali, berhasil. Pakguruku (pak Dipo namanya) berteriak-teriak di belakang kami, “Mau kemana? Membuang bungkus susu pak, jangan lari-larian!”. “ya.....pak”, jawabku tanpa menoleh. pakguruku lagi-lagi percaya (Benarkah?). Sampai di depan kelas, aku berhenti. Menoleh pada temanku yang telah berada di sampingku, tersenyum licik, temanku pun demikian. Aku melangkahkan kaki, mendekati salah satu tanaman, pohon jati. Dengan anggun, kuangkat kotak su
Comments